Google
 

Monday, March 2, 2009

Bangsa Indonesia memang bukan Winnie the Pooh cs.

Ya jelas bukan! Judul yang aneh dengan negasi yang sekenanya!

Tapi memang itulah yang terlintas di benakku ketika tiba-tiba aku menyadari bahwa semakin banyak merchandise Pooh di rumahku semenjak si kecil Gabriel lahir. Ada sticker Pooh di lemari es. Ada poster Pooh di pintu lemari pakaian, belum lagi yang ditempel di dinding dekat cermin bersolek. Ada bantal Pooh. Ada boneka tangan Pooh. Ada lagi tas bagor bergambar tokoh kartun Disney itu. Dan yang terakhir, istriku baru pesen selimut Pooh untuk si i'el!

Heran aku! Tapi lama-lama aku menikmatinya juga. Soalnya karakter beruang madu berbulu kuning keemasan itu begitu imut dan menggemaskan, lucu! Memandangnya saja sudah terpancing untuk senyum. Tak terasa otot-otot di ujung garis mulut ini tertarik ke atas, dan membawa perbawa segar di hati: ada kegembiraan! Perbawanya mampu mengusir kesuntukan barang beberapa saat. Namun, saat seperti itu bisa sedemikian menentukan untuk kesegaran-kesegaran berikut. Sayang bila hal ini tak pernah disadari, pikirku. Seandainya aku bisa mengabadikannya - seperti mengabadikan senyum anakku dengan kamera saku yang baru - aku ingin melakukannya. Ya beginilah jadinya: tulisan ini.

Tapi apa hubungannya dengan bangsa Indonesia? Ntar dulu...

Lihat dulu atau baca dulu barang sedikit tentang Winnie The Pooh! Di Ashdown Forest - tempat dia dan teman-temannya tinggal - Pooh terkenal sebagai beruang pahlawan, pernah dijuluki Knighted "Sir Pooh de Bear". Seperti kebanyakan makhluk hidup - termasuk manusia, hehehe... - kalau pagi pasti bertanya, "Sarapan apa, ya?" Meskipun cuma badannya yang gede dan katanya otaknya kecil, namun dia suka berpikir, "Think, think, think!" Bahkan, dia suka mengarang puisi dan lagu! Teman bermain paling deket adalah Piglet, seekor babi kecil berwarna pink (Aaah.. dunia fabel memang penuh kedamaian kayaknya). Berpetualang dan mengunjungi sahabat sesama penggemar madu adalah kegiatan sehari-hari. Sifat beruangnya kadang juga muncul: suka bosan!

Namun terlepas dari lihat (filmnya) dan baca (cerita, ulasan dan komiknya) tentang si Pooh, kehadirannya dalam rupa-rupa merchandise itu telah mampu mengajak siapapun yang memperhatikannya untuk memasuki dunia dongeng.

Tiket masuknya sederhana: senyuman! Tanpa itu orang takkan mampu masuk ke dalam dunia indah warna-warni penuh keceriaan dan kegembiraan yang murni! Saking murninya, dalam dunia fabel pun ada lukisan kegembiraan itu. Kehadiran Pooh dan teman-temannya itu seolah ingin menyampaikan pijaran kegembiraan murni makhluk Tuhan, yang nota bene mestinya ada juga di dunia manusia! Adalah anak-anak - atau mereka yang appreciate terhadap dunia anak (jadi bukan yang kekanak-kanakan) - yang pertama kali mampu menangkap getaran yang menumbuhkan senyum dan keceriaan itu. Pooh... sosok karakter yang mampu diterima, bahkan oleh anak-anak! Anakku Gabriel yang baru berumur dua bulan saja bisa tersenyum-tertawa ketika melihat boneka tangan Pooh kumain-mainkan di depannya.

Naaaah... sekarang baru ngomong tentang bangsa Indonesia.

Gak perlu panjang lebar kok duduk permasalahannya. Aman jika aku hanya bertanya saja (hehehe...): Kalau melihat (foto, filem, tayangan berita tv) dan membaca (koran, buku, sejarah hingga kini) atau mendengar (cerita, berita, komentar, dll.) tentang Indonesia, adakah yang mampu membuat kita spontan tersenyum tulus untuk tertawa dalam kegembiraan? Gak ada? Mosok siiiih? Kalau tidak ada, terus karakter macam apa yang terpancar dari bangsa kita tercinta ini? Mosok tidak ada yang bisa masuk ke relung fabilitas (hahaha...ini istilahku sendiri untuk mengaitkan hal ini dengan dunia fabel) yang akrab dengan anak-anak bangsa ini?

Ya, jelas... bangsa Indonesia memang bukan Winnie the Pooh cs.! Karakter Pooh (dan sebangsanya) rupa-rupanya lebih jelas dari pada karakter bangsa Indonesia! (Eh, yang ini sudah sebuah judgement, ya?) Katanya sih, kita sedang membangun karakter bangsa kita... bersama-sama. Dan yang jelas lagi, bangsa Indonesia mestinya bukanlah boneka mainan anak-anak balita, anak-anak TK maupun SD!

Semoga suatu saat anak-anak pun bisa tersenyum-tertawa tulus, gembira-ceria karena menjadi bagian dari bangsa Indonesia! Amin.

(Posting ini aku tulis karena aku tersadar juga bahwa anakku adalah anak Indonesia! Sebuah anugerah yang menyertakan tanggung jawab kebangsaan juga dalam keluarga sebelum dia diajak menghafalkan butir-butir Pancasila di sekolahan nanti...) [skd]

Friday, January 9, 2009

Eco-friendly idea from black-out time

In the middle of the energy crisis issues, exploring on sustainable resources has become a rush. Fossils oil will vanish someday as we are exploiting the resources day by day exponentially. If we merely depend on oil wells, what will happen at the time when there are no more well producing oils? Black out! Of course it's just a silly nightmare and naked imagination.

The most terrifying worry has been blown up by the issues of climate change along with the issues of global warming. The massive use of fossils energy that produces carbon dioxide is alleged to be the most cause of the issues.

As if, the end of days has been just to come when we combine the issues above into our imagination!

However, we human have come into the age of cutting edge accumulation of knowledge and skills. People have been more aware about environmental impacts of anything they do. They so highly appreciate everything that has something to do with saving energy, "green products", "ozone friendly" and other ecological issues.

At this point, inventions of consumer goods made of recycled and sustainable materials with green technology raise new hopes for better solutions on the crisis and worries. Furthermore, the sphere of such inventions may inspire another idea for the green efforts.

When somebody tells you that candles he lighted up in his rooms at black-out time are Soy Candles, which are made of common soy beans not of petroleum based wax, what comes into your mind? Aren’t you interested in the next idea for other invention? Or, when another one tells you about his soy votives candles in his praying room last longer and cleaner than petroleum-based candles, won’t you try to prove them? If so, I guess you will think to do business with Wholesale Soy Candles as you try to get profits as well while participating domestically in fighting against the climate change.

Even simple inventions may stimulate another bigger invention creatively. One maybe yours from a black-out time! [skd]



© 2007 - sukandar_ag
You can use any posted subjects of this blog for any purposes with permission. Feel free to contact me by e-mail:
sukandar_ag@yahoo.com.